Friday, April 08, 2011

Ilmu ikhlas dan bersyukur :)

by Intan Dian Heryani on Friday, March 25, 2011 at 5:42pm
 Ketika saya berdo'a "Ya Allah, saya ikhlas untuk tidur malam  ini.." 
Dan ketika terbangun rasanya kenikmatan tidur telah saya dapatkan.. alhamdulillah.. :)

 Ketka saya merasa kehilangan, saya mencoba meneguhkan hati dengan ikhlas
Dengan ikhlas menyadarkan saya bahwa ada Allah SWT tempat kembali.. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit rasa
kehilangan saya terselimuti rasa bersyukur..

 ketika saya dirundung kesedihan, saya mencoba memancarkan energi ikhlas
Dan hasilnya memang terbukti, kesedihan pun berubah menjadi kesadaran bahwa banyak orang disekitar kita yang membuat kita bahagia.. alhamdulillah..

 Ketika saya merasa bersalah karena tidak mengambil kesempatan emas pada masa lalu
Dan lagi-lagi rasa ikhlas membuat saya berpikir bahwa saya sedang menjalankan masa kini untuk merajut mimpi untuk masa depan.. bukan untuk mengingat masa lalu..
karena masa lalu tidak selalu menjadi pelajaran, terkadang masa lalu merusak masa kini, dan masa depan.. :)



Ikhlas dan bersyukur adalah solusi yang terbaik, walaupun terkadang  ikhlas hanya diucapkan dimulut saja, tapi Allah SWT tau niat baik kita untuk berubah.. Allah lah yang maha membolak-balikan hati.. jadi ayo kita  coba ucapkan "ikhlas" pada diri sediri dan berusaha mencapai ikhlas yang haqiqi untuk menghadapi hidup ini .. bersyukur, hentikan mengeluh dan tetaplah melangkah apapun rintangannya :D Bismillah..



*let's share and movin'
makasi dah baca :)

Memang Seperti Itulah Dakwah

by Firman Maulana on Saturday, March 26, 2011 at 8:16pm

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan
meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu..

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang
umat yg kau cintai..

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di
tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. . Tubuh yang
hancur lebur dipaksa berlari..

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang
akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat
yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya
sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi
orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang
segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah
kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai
jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga
terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa
pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya
diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang
sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang
bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah
bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah
bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak... Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama
mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan
segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih "tragis".

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu
menemani... justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana
pun mereka pergi... akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan
rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus
mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk
mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga "hasrat untuk mengeluh" tidak lagi terlalu menggoda
dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar
wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.
Tapi saking seringnya "ditinggalkan" , hal itu sudah menjadi
kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya
adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan
pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan
Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya
besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu
mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru
jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, "ya Allah, berilah
dia petunjuk... sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang... "

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya
dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta...
Mengajak kita untuk terus berlari...


"Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu."

Ust. Rahmat Abdullah (Alm.)

ini ruang energi

by Ayu Fitri Utami on Thursday, January 20, 2011 at 5:54pm

aku bersemangat, berulah de javu kembali di sini
di ruang cekung terselubung cembung
kita berada di koordinat yg sm kini
tapi tak kusapa kembali karena aku menjaga
aku menjaga energi ini, uda
aku yakin ada yang diketahui, mengapa di sini begini

tak ada kepolosan dulu ketika berpetualang di sini
semua berevolusi layaknya aku yg terbuai kini
aku begitu kuat membuka lembaran baru
aku begitu bersemangat mengejar ambisi cita
aku begitu liar mencari jawaban
aku begitu nekat mencoba jatuh
dan lagi-lagi aku begitu kekar dan teguh menjaga janji ini
aku kembali

ini ruang energi, dimana aku senang mencharge diri
ada yg tak terdefinisi
aku kembali

Ambillah waktu

by Mutia Gadri on Saturday, April 2, 2011 at 11:56am
 
Ambillah waktu untuk berpikir,itu adalah sumber kekuatan.
Ambilllah waktu untuk bermain,itu rahasia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk membaca,itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk berdoa,itu adalah kekuatan terbesar di bumi.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai,itu adalah hak istimewa yang diberikan Sang Pencipta.
Ambillah waktu untuk bersahabat,itu adalah jalan untuk kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa,itu adalah musik yang menggetarkan jiwa.
Ambillah waktu untuk memberi,itu adalah hari yang sangat singkat untk kepentingan diri sendiri.
Ambillah waktu untuk bekerja,itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beriman,itu adalah kunci menuju surga.

(life is choice)

puisi na mang soe hok gie [sebuah tanya]

by Iqbal Abdurrahman on Saturday, April 2, 2011 at 11:20pm

Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku.
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah Mandalawangi.
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu
ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,
lebih dekat.
(lampu-lampu berkedipan di Jakarta yang sepi
kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
apakah kau masih akan berkata
kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
(haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
dalam bahasa yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu)
manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan
dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.